NASIONAL

Strategi Pemerintah Antisipasi Kemacetan Mudik Lebaran 2024

"Ada tiga titik krusial macet pada mudik Lebaran tahun ini."

Ardhi Ridwansyah

Strategi Pemerintah Antisipasi Kemacetan Mudik Lebaran 2024
Ilustrasi: Arus mudik Lebaran. Foto: Antara

KBR, Jakarta- Jumlah pemudik tahun ini diperkirakan meningkat dibanding Lebaran tahun lalu. Kementerian Perhubungan memperkirakan pemudik 2024 mencapai 193 juta orang. Angka ini melonjak dratis dibanding tahun lalu, yakni 123 juta orang.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah menyiapkan pelbagai antisipasi untuk menghadapi kemacetan akibat kenaikan jumlah pemudik.

“Kemenhub melakukan persiapan baik secara operasional maupun kebijakan dalam pengendalian pengaturan transportasi dan penanganan secara komprehensif bersama instansi, kementerian dan pemerintah pusat, Polri, pemerintah daerah, BUMN dan swasta," kata Budi dalam konferensi pers secara daring, Minggu, (17/3).

Ada tiga titik krusial macet pada mudik Lebaran tahun ini. Yaitu, tol Cikampek Palimanan atau Cipali, Pelabuhan Merak Banten, dan Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, Jawa Timur.

Mudik Gratis

Untuk menekan angka kemacetan, pemerintah kembali mengadakan mudik gratis bagi para pemudik yang mengendarai sepeda motor. Selain itu, pemerintah juga akan membatasi angkutan barang selama arus mudik.

Puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada 8 April, sedangan puncak arus balik kemungkinan terjadi 14 April 2024. Kepala Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri Aan Suhanan membagi tiga klaster kerawanan pada masa mudik Lebaran 2024.

“Setidaknya ada beberapa potensi kerawanan ya. Kami bagi menjadi tiga klaster, yang pertama kerawanan di jalan tol, kemudian kerawanan di arteri ataupun di jalur wisata, kemudian yang ketiga adalah kerawanan di jalur yang menuju penyeberangan. Ini kami sudah siapkan beberapa cara bertindak. Baik itu di tol, di arteri di wisata, dengan beberapa temuan yang ada di klaster tersebut,” kata Aan dalam Konferensi Pers secara daring, Minggu, (17/4).

Polri bakal menerapkan sejumlah rekayasa lalu lintas guna mengurangi kepadatan kendaraan. Rekayasa lalu lintas rencananya mulai dijalankan tujuh hari sebelum lebaran dan tujuh hari setelah lebaran. Rekayasa itu berupa satu jalur lalu lintas atau one way, lawan arus atau contraflow, dan penerapan ganjil genap.

Kakorlantas Aan Suhanan menambahkan, Polri juga menyiapkan langkah strategis jika ada kemungkinan banjir menghambat kelancaran mudik tahun ini.

Seperti di Jawa Tengah yang kini mengalami banjir. Bila ada genangan di tol, maka Korlantas Polri bekerja sama dengan pengelola jalan tol akan mengerahkan pompa air besar untuk menguras banjir.

Kenyamanan, Keamanan, dan Keselamatan

Di lain pihak, Anggota Komisi bidang Transportasi DPR RI, Ridwan Bae, mendorong Kementerian Perhubungan dan Polri memperkuat sistem penanganan perjalanan mudik Lebaran.

“Kita kan lebih banyak kendaraan kita dibandingkan ruas jalan kita. Nah, oleh karena itu pemerintah harus ada kemampuan untuk mencermati kemungkinan kenaikan pemudik ini. Mencermatinya dengan membuat aturan-aturan yang pada akhirnya tidak ada benturan dalam perjalanan yang pada akhirnya juga bisa mengurangi macet," ujar Ridwan kepada KBR, Minggu (17/3).

Ridwan meminta pemerintah harus memerhatikan kelancaran mudik tidak hanya jalur darat, tetapi juga laut dan udara. Selain itu kata dia, yang juga harus diprioritaskan adalah kemudahan akses mudik bagi masyarakat di daerah yang infrastrukturnya belum memadai.

"Kita yakini pemerintah juga tidak diam. Pada prinsipnya adalah bagaimana ke semua kementerian atau lembaga yang terkait dalam perjalanan ini mengutamakan kenyamanan, keselamatan, dan keamanan perjalanan,” ujar Ridwan.

One Way atau Contraflow

Sementara itu, pengamat dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno meminta pemerintah benar-benar mengantisipasi penumpukan kendaraan mudik di jalur darat. Khususnya, pergerakan di Pulau Jawa. Ia juga memberi saran terkait penerapan satu jalur atau one way di jalan tol.

"Kalau rekayasa lalu lintasnya itu one way, itu menghambat penjemputan bus untuk pemudik yang baru. Ini yang terjadi tahun lalu, makanya contraflow saja. Meskipun terlambat enggak pa-pa, tapi kan pemudik yang menggunakan angkutan umum ini tidak menunggu lama di Jabodetabek, terutama di terminal penumpang. Dan lebih berkeadilanlah, dan sangat membantu pengemudi, tidak lelah, ketimbang one way, mereka kan lelah dan itu bahaya, bahaya sekali, jadi lebih baik contraflow," kata Djoko kepada KBR, Minggu, (17/3).

Baca juga:

Editor: Sindu

  • mudik 2024
  • Lebaran
  • Kemenhub

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!